Kamis, 21 Maret 2019

Pola Pikir tentang Fisik


“Standar kecantikan wanita itu harus langsing, mereka akan berusaha untuk itu, dan di era digital gam­baran itu semakin popular hingga merasuk ke fikiran masyarakat. Dan ini bisa jadi salah satu faktor adanya fenomena body sham­ing atau pelecehan bentuk tubuh, jadi kalau ada yang komentar ‘kok gemukan sih’ pasti orang akan terobsesi untuk mencapai stan­dar kecantikan sosial yang ada dengan cara diet dan lainnya,” jelas pisikolog, Tara de Thouars dalam kesempatan sama. obesitas pada anak
Realitanya pada standar fisik yang su­dah ditetapkan itu, banyak benturan yang bertentangan dengan gaya masyarakat pada umumnya. Kecenderungan gaya hidup kita lebih mengikuti alur lingkungan kita berada, seperti kulineran selepas pulang bekerja, ataupun hangout bersama rekan di cof­fee shop, yang kegiatannya tidak jauh dari kulineran.
Alur gaya bersosialisasi di era baru yang lebih konsumtif ini memang sulit dihindari. “Pada ujungnya akan timbul pertentan­gan antara makanan dan diri kita, ada rasa bersalah, tidak nyaman ketika tidak menjaga pola konsumsi dengan baik, terlebih sedang melakukan program diet. Konflik akan ber­lanjut terhadap tubuhnya, kita seperti mera­sa memiliki tubuh jelek dan lain sebagainya, jauh dari standar kecantikan masyarakat,” jelas Tara.
Tara juga menegaskan semakin jauh seseorang pada standar sosial yang ada. Maka konflik, kemarahan kita terhadap diri sendiri akan tinggi. Pada tahap ini tak sedikit dari kita akan menghadirkan realitas versus keinginan, dan alasan diet sebagian besar dipicu lingkungan.
Jika sudah berada ditekanan itu, diet se­olah menjadi mimpi ampuh untuk mencapai standar kecantikan yang berlaku, tapi Tara justru melihat diet yang dilakukan tidak tulus, sehingga akan berjalan tidak sesuai aturan.
“Ada yang menjalankan diet dengan exit­ed, ada juga yang sebaliknya merasa ribet ka­rena banyak aturan makan dan lain sebagai­nya. Intinya jika memulai niatnya enggak tepat justru akan gagal diet dan nyem­plung balik lagi ke pola makanan,” paparnya.
Rata-rata persoalan diet dalam tekanan sosial, selalu dihadapkan dengan konflik tubuh dan makanan. Dan berujung pada kecenderungan perilaku self pity, mengarah pada mengasihani diri sendiri, self harm atau menyiksa diri dengan tidak mempedulikan komentar orang, bahkan sampai mempenga­ruhi kesehatannya.
“Ketika diet ada makanan kesukaan, dia akan tergoda dan akhirnya dikonsumsi juga atas dasar berbagai alasan, contohnya seba­gai reward pada diri sendiri setelah seharian letih kerja mungkin, itu self pity. Ada juga orang yang memiliki perilaku bodo amat terhadap standar kecantikan, karena merasa ribet dan pasrah memiliki tubuh gemuk. Se­harusnya kita harus self love terhadap tubuh kita, diet yang dilakukan disadari untuk kese­hatan,” jelasnya.